ESSAY
Mudik adalah kegiatan yang dilakukan
oleh perantau untuk kembali ke kampung halamannya menjelang Hari Raya tiba. Kata
mudik berasal dari sandi kata bahasa Jawa ngoko yaitu mulih dilik
yang berarti pulang sebentar. Ada pendapat bahwa mudik berasal dari kata udik yang diberi imbuhan depan m-. kata udik sendiri berarti berasal dari desa. Mudik
di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya
besar keagamaan misalnya menjelang Lebaran. Pada saat itulah ada kesempatan
untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain
tentunya juga sowan dengan orang tua. Tradisi mudik muncul pada beberapa
negara berkembang dengan mayoritas penduduk Muslim, seperti Indonesia dan
Bangladesh.
Namun, bagi perantau yang telah
memiliki keluarga di perantauan belum tentu bisa untuk melakukan mudik. Ada beberapa
faktor yang membuat mereka belum bisa melakukan mudik tersebut. Menurut pendapat
saya, ada faktor, yakni: yang pertama adalah karena malu. Ya, malu sebab belum
bisa menunjukkan keberhasilannya, yang kedua adalah belum memiliki uang yang
cukup apalagi jika untuk mudik satu keluarga, yang ketiga adalah adanya
kesepakatan bersama antara kedua pihak (suami-istri), dan adanya faktor-faktor
lainnya seperti jatuh sakit.
Pemudik adalah perantau yang
melakukan kegiatan mudik. Biasa, mereka berasal dari tempat perantauan,
seperti: Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jakarta, dan bahkan Arab Saudi maupun
Malaysia. Mereka mencari nafkah di tempat yang lebih jauh karena menurut saya,
lebih meyakinkan dalam mencari pekerjaan dan dapat berpenghasilan lebih jika
mendapat pekerjaan di sana. Dan sekembalinya mereka ke tanah kelahirannya,
mereka dapat meninggikan derajat (level) keluarga serta membangun ekonomi
orangtuanya di sana.
Bagi perantau yang merantau ke luar
pulau Jawa, jika ingin mudik, maka harus mengeluarkan budget yang lebih tinggi. Mengapa ? sebab, perjalanan yang ditempuh
jauh dan tiket transportasi yang mana semakin dekat dengan hari Raya maka harga
tiket semakin mahal. Sehingga, bagi pemudik, harus disiapkan rencana yang
matang. Belum lagi, tidak mungkin bagi pemudik tidak membawa apa-apa dari
daerah perantauan (oleh-oleh), seperti makanan khas, baju khas, aksesoris,
mainan, maupun barang-barang lainnya. Selain itu, karena barang yang pemudik
bawa semakin banyak dan berat hal tersebut dapat menambah biaya charge bagasi pesawat (jika yang ingin
menggunakan pesawat dalam hal mudik tersebut).
Dalam hal mudik, sebagai pemudik,
sebaiknya tidak memamerkan harta kekayaannya, seperti: gadget, tablet,
smartphone. Boleh dibawa, tetapi jangan sampai pemudik lupa akan tujuan dan
niat sesungguhnya, yakni: bersilaturahmi dengan sanak saudara dan keluarga. Jangan
sampai komunikasi antar keluarga berkurang karena pemudik asyik dengan barang
miliknya dan tidak mau berbagi dengan sesamanya.

